Rabu, 11 Mei 2011

Israiliyat


Israiliyat adalah kisah-kisah atau informasi yang diambil atau datang dari orang-orang Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) yang memberikan pengaruh didalam tafsir. Sedangkan karakteristik dari kisah-kisah Israiliyat adalah pada sumber-sumbernya yaitu kitab-kitab suci mereka, taurat dan injil.
DR. Muhammad Husein Adz Dzahabi mengatakan bahwa lafazh israiliyat meskipun secara lahiriyah menunjukkan warna Yahudi didalam tafsir dan tampak pula tsaqofah yahudi didalamnya namun yang dimaksudkan dalam lafazh itu adalah lebih luas darinya. Lafazh itu mencakup warna-warna Yahudi dan Nasrani dalam tafsir sehingga tafsir itu terpengaruhi oleh tsaqofah yang berasal dari Yahudi dan Nasrani.
Dan lafazh Israiliyat digunakan untuk mencakup keduanya walaupun pengaruh Yahudi lebih dominan daripada Nasrani. Pengaruh Yahudi ini lebih masyhur dan banyak tersebar luas dikarenakan banyaknya ulama dan perkara-perkara mereka serta pembauran mereka dengan kaum muslimin sejak awal kemunculan Islam hingga islam tersebar di banyak negeri di dunia dan menjadikan manusia masuk kedalam agama Allah dengan berbondong-bondong.
Yahudi memiliki tsaqofah keagamaan, begitu pula dengan Nasrani dan kedua tsaqofah itu memberikan pengaruh didalam tafsir hingga batas tertentu. Adapun Yahudi maka tsaqofahnya bersandar pertama kali kepada Taurat, sebagaimana diisyaratkan oleh Al Qur’an :
إِنَّا أَنزَلْنَا التَّوْرَاةَ فِيهَا هُدًى وَنُورٌ
Artinya : “Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi).” (QS. Al Maidah : 44)
Juga sebagian ayat yang menunjukkan tentang hukum-hukum yang ada didalamnya
وَكَتَبْنَا عَلَيْهِمْ فِيهَا أَنَّ النَّفْسَ بِالنَّفْسِ وَالْعَيْنَ بِالْعَيْنِ وَالأَنفَ بِالأَنفِ وَالأُذُنَ بِالأُذُنِ وَالسِّنَّ بِالسِّنِّ وَالْجُرُوحَ قِصَاصٌ

Artinya : “Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka (pun) ada kisasnya.” (QS. Al Maidah : 45)
Selain taurat, orang-orang Yahudi juga memiliki berbagai saunnah, nasehat dan penjelasannya yang tidak diambil dari Musa as dengan cara penulisan akan tetapi dengan cara pentransferan dari mulut ke mulut. Yang kemudian mengalami perkembangan dari zaman ke zaman dan generasi ke generasi hingga dikumpulkan dan dikenal dengan nama Talmud. Disamping itu, mereka masih memiliki tentang adab orang-orang Yahudi, kisah-kisah, sejarah, hukum dan mitos-mitos.
Adapun Nasrani maka tsaqofah mereka bersandar—umumnya—kepada Injil. Al Qur’an telah menjelaskan bahwa injil adalah diantara kitab-kitab langit yang diturunkan kepada para Rasul, sebagaimana firman-Nya :

Artinya : “Kami iringi di belakang mereka dengan Rasul-rasul Kami dan Kami iringi (pula) dengan Isa putra Maryam; dan Kami berikan kepadanya Injil.” (QS. Al Maidah : 27)
Menurut orang-orang Nasrani bahwa injil yang mengumpulkan surat-surat para Rasul dinamakan dengan perjanjian baru. Sedangkan kitab suci orang Nasrani yang mencakup taurat dan injil dinamakan dengan perjanjian lama dan perjanjian baru. (Tafsir wal Mufassirun juz I hal 165 – 167)
Sedangkan pembagian dan contoh-contoh dari kisah-kisah israiliyat adalah :
1. Apa yang ditetapkan oleh Islam dan dinyatakan kebenarannya maka ia benar, seperti yang diriwayatkan oleh Bukhori dan selainnya dari Ibnu Masud ra berkata,”Telah datang seorang pendeta Yahudi kepada Rasulullah saw dan mengatakan,’Wahai Muhammad, sesungguhnya kami mendapatkan bahwa Allah menjadikan langit diatas jari-jemari dan seluruh makhluk diatas jari-jemari kemudian mengatakan,’Aku adalah Raja.’ Maka Nabi saw tertawa sehingga tampak gigi grahamnya membenarkan perkataan pendeta itu dan membaca firman Allah : “Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya.. Maha suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan (QS. Az Zumar : 67)”.
2. Apa yang diinkari oleh Islam dan dinyatakan kebohongannya maka ia batil, seperti yang diriwayatkan oleh Bukhori dari Jabir berkata,”Dahulu orang-orang Yahudi mengatakan,’Apabila seseorang menyetubuhi isteri dari belakang maka anaknya akan juling, maka turunlah ayat,’Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam.” (QS. Al Baqoroh : 223)
3. Apa yang tidak ditetapkan dan tidak diinkari oleh Islam maka hendaklah kita diam, seperti apa yang diriwayatkan oleh Bukhori dari Abu Hurairoh bahwa dahulu orang-orang Ahli Kitab membaca taurat dengan bahasa ibrani dan mereka pun menafsirkannya kepada orang-orang islam dengan bahasa arab. Maka Rasulullah saw bersabda, ”Janganlah kalian membenarkan Ahli Kitab dan jangan pula mendustai mereka dan katakanlah,’Kami beriman dengan apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada kalian..” (QS. Al Ankabut : 46).”
Akan tetapi membicarakan macam yang seperti ini diperbolehkan jika tidak khawatir membawa bahaya, berdasarkan sabda Nabi saw,”Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat. Ceritakanlah dari Bani Israil dan tidak perlu khawatir dan barangsiapa yang mendustaiku dengan sengaja maka dia telah menyiapkan tempat duduknya di neraka.” (Qismu at Tafsir wa Ushulu juz I hal 46)
Wallahu A’lam
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar